Sewaktu perusahaan itu bernama Squaresoft, permainan ini dirilis tahun 1987 untuk konsol Nintendo dan seterusnya menjadi franchise paling laris di dunia. Sekuelnya berjajar hingga kini, Final Fantasy XIII-2, dari konsol Nintendo, Super Nintendo, Sony Playstation, Playstation 2, hingga Playstation 3.
Pada tahun 2011 judul tersebut didaur ulang oleh Square Enix untuk pengguna telepon seluler (ponsel). Muncullah Final Fantasy yang bisa dimainkan di ponsel Android. Prosesnya tidak sekadar menyalin ke platform baru, tetapi merombak ulang grafis dan suaranya. Penggunaan layar sentuh yang jamak dijumpai di handset Android pun diintegrasikan dalam permainannya. Jadilah, Final Fantasy dengan cita rasa baru dengan harapan bisa merangkul konsumen baru yang barangkali masih bayi sewaktu gim aslinya dirilis.
Bagi Indonesia, permainan ini memiliki makna istimewa karena dipilih Square Enix sebagai negara pertama untuk perilisannya. Tidak hanya itu, bekerja sama dengan studio pengembang lokal, Altermyth, permainan yang mengisahkan empat pendekar itu dialihbahasakan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Untuk sementara, Final Fantasy versi Indonesia ini menjalin kerja sama dengan ponsel merek Samsung sehingga bisa diunduh secara gratis di Samsung Apps, sebuah pasar aplikasi khusus untuk ponsel merek Samsung. Sayangnya, gim ini baru bisa dimainkan oleh ponsel yang memiliki layar lega, misalnya Samsung seri Galaxy.
Direktur Altermyth Wong Lok Dien mengungkapkan bahwa pihaknya ditunjuk sebagai partner lokal Square Enix untuk menggarap penerjemahan Final Fantasy. Proses pengalihbahasaannya berlangsung selama dua hingga tiga minggu. Salah satu kendala dalam menerjemahkan adalah bahasa Indonesia ternyata tidak seringkas bahasa Inggris ataupun bahasa Jepang sehingga menuntut tim penerjemah untuk berkerja keras.
Disinggung mengenai pengalihbahasaan Final Fantasy, Dien mengungkapkan bahwa hal tersebut memang menjadi strategi pemasaran yang sudah dibahas bersama Square Enix. Dalam wawancara tertulis itu, Dien mengharapkan para penggemar Final Fantasy terus mendukung upaya ini agar terus mendapatkan kepercayaan menggarap seri-seri Final Fantasy berikutnya. Dien menjanjikan bahwa seri-seri berikutnya sudah menanti.
Dari sisi cerita, tidak ada perubahan dalam Final Fantasy versi NES dengan versi Android, yakni petualangan empat pejuang yang masing-masing membawa kristal untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran yang disebabkan empat monster yang dipimpin raja iblis. Dari sisi grafis, tampilannya jauh lebih baik daripada grafis 8 bit ala NES, sama halnya dengan musik.
Sebelum memainkan Final Fantasy, ada baiknya mematikan koneksi data atau sekalian masuk ke mode airplane bagi ponsel Android. Selain menghemat baterai, cara ini efektif untuk mengantisipasi aplikasi yang tiba-tiba muncul di ponsel, seperti SMS masuk. Pasalnya, begitu layar berganti, permainan langsung terhenti.
Beruntung, permainan tersebut menggunakan memori singkat untuk merekam posisi terakhir kita sehingga bisa melanjutkan dengan mudah. Namun, bila sedang masuk ke layar pertempuran atau menu toko, pilihan untuk melanjutkan permainan akan mengembalikan kita sebelum pertarungan dimulai. Sistem permainan ini sebetulnya membuka celah untuk dieksploitasi.
Inkonsisten
Menurut pengalaman Kompas yang menjajal permainan ini hampir satu jam, tidak ada kendala berarti dalam menikmati Final Fantasy cita rasa bahasa Indonesia. Hanya saja, sempat ditemukan beberapa catatan mengenai pengalihbahasaan menjadi bahasa Indonesia, yakni tidak seluruhnya ternyata dialihabahasakan.
Misalnya penggunaan istilah permainan yang tetap dalam bahasa Inggris, seperti nama senjata, nama mantra sihir, dan nama tempat. Di bagian awal permainan, Altermyth sempat "terpeleset" sewaktu menyebut "Kuil Kekacauan", padahal mereka tetap menggunakan nama "Chaos Shrine" sebagai nama tempatnya.
Manajer Altermyth Ratih Anggraini mengatakan, penggunaan bahasa Inggris untuk nama senjata, tempat, ataupun mantra sihir merupakan permintaan dari Square Enix. "Mereka menginginkan pengguna di Indonesia paham dan menikmati cerita yang disajikan gimnya, tetapi tanpa mengubah nama-nama yang sudah mereka ciptakan," ujarnya.
Penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia pun bukan tanpa masalah. Pada beberapa titik ditemukan dialog yang terasa diterjemahkan secara harfiah tanpa melihat konteks. Hal itu mengakibatkan bisa ditemukan dialog yang berulang, seperti: "Saya dikenal sebagai pengajar yang mengajarkan tentang penggunaan sihir" sehingga kurang memikat bagi para penggunannya.
Namun, secara garis besar, Final Fantasy berbahasa Indonesia ini menjadi tonggak sejarah penting bagi industri gim di Indonesia. Pasar dengan penduduk 220 juta orang dan 185 juta pengguna ponsel ini mulai dilirik produser video gim asing sebagai pasar empuk. Bekerja sama dengan studio setempat, diharapkan ada transfer teknologi ataupun pengalaman.
No comments:
Post a Comment