Air France bernomor penerbangan 447 sedang melakukan perjalanan malam
dari Rio de Janiero ke Paris pada 31 Mei 2009 ketika dilaporkan hilang
kontak. Belakangan diketahui pesawat itu jatuh ke Samudra Atlantik pada
pagi hari, 1 Juni 2009.
Dari rekaman kotak hitam yang berhasil diurai, di saat-saat kacau sesaat sebelum jatuh, ternyata pilot tak berada di tempat. Ia baru datang setelah dua kopilot memanggilnya dengan panik, beberapa menit kemudian.
Meskipun tidak pernah mengungkapkan apa yang membuat Kapten Marc Dubois lambat menanggapi untuk segera masuk ke kokpit, dua sumber independen mengatakan kepada ABC News bahwa pilot berusia 58 tahun ini sedang berdua dengan pramugari yang tengah cuti dan ikut dalam penerbangan itu, Veronique Gaignard.
Namun Jean-Paul Troadec, Direktur BEA, otoritas Prancis yang melakukan penyelidikan atas kecelakaan penerbangan 447, mengatakan kepada ABC News bahwa Gaignard bukan bagian dari penyelidikan mereka. Menurut dia, lembaga itu "tidak tertarik meneliti kehidupan pribadi dari pilot".
Troadec menambahkan, dia tidak berpikir ada kaitan antara dugaan Dubois berduaan dengan Gaignard dengan jatuhnya pesawat itu.
Kotak hitam ditemukan dari reruntuhan dua tahun kemudian pada bulan April 2011. Di dalamnya terungkap Kapten Dubois meninggalkan kokpit untuk tidur siang dari penerbangan yang dijadwalkan memakan waktu empat jam itu. Pada saat ia meninggalkan kokpit itulah pesawat memasuki badai parah yang selalu dihindari penerbangan lain.
Setelah dalam badai, pitot tube pesawat--bagian penting dari peralatan yang memberi tahu pilot tentang kecepatan pesawat--rusak, kemungkinan karena kristal es terbentuk di atasnya, menurut pejabat BEA yang memeriksa reruntuhan. Konsekuensinya, sistem autopilot Airbus A 330 menggeser kontrol kembali ke pilot.
Menurut rekaman, Perwira Pertama Cedric Bonin, seorang pilot 32 tahun yang memiliki kurang dari 5.000 jam terbang, mengambil alih kemudi. Namun sejatinya ia tidak pernah dalam situasi ini sebelumnya di ketinggian. Bonin membuat kesalahan fatal dengan membuat hidung pesawat menghadap ke atas, menyebabkan pesawat dalam kondisi yang disebut deep stall. Dalam hitungan detik, pesawat itu jatuh dengan bagian ekor dan badan terlebih dulu.
"Tampaknya pilot tidak memahami situasi dan mereka tidak menyadari bahwa pesawat telah terhenti," kata Troadec.
Dalam rekaman ditunjukkan kopilot bertanya di mana kapten dan menyerukan bantuan beberapa kali sebelum Dubois kembali ke kokpit.
"Apa yang terjadi?" Dubois terdengar mengatakan pada rekaman kotak hitam.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi," salah satu kopilot menjawab.
"Saya memiliki masalah ... beberapa layar display mati," kata Dubois.
"Apakah kita akan turun sekarang?" tanya Bonin cemas, sesaat sebelum pesawat jatuh. Semua penumpang dan awak pesawat Air France berjumlah 228 tewas dalam musibah itu.
BEA akan merilis laporan akhir atas penyelidikan kecelakaan itu pada 5 Juli. Air France menolak permintaan ABC News untuk wawancara dan meminta untuk menunggu rilis resmi lembaga ini.
Dari rekaman kotak hitam yang berhasil diurai, di saat-saat kacau sesaat sebelum jatuh, ternyata pilot tak berada di tempat. Ia baru datang setelah dua kopilot memanggilnya dengan panik, beberapa menit kemudian.
Meskipun tidak pernah mengungkapkan apa yang membuat Kapten Marc Dubois lambat menanggapi untuk segera masuk ke kokpit, dua sumber independen mengatakan kepada ABC News bahwa pilot berusia 58 tahun ini sedang berdua dengan pramugari yang tengah cuti dan ikut dalam penerbangan itu, Veronique Gaignard.
Namun Jean-Paul Troadec, Direktur BEA, otoritas Prancis yang melakukan penyelidikan atas kecelakaan penerbangan 447, mengatakan kepada ABC News bahwa Gaignard bukan bagian dari penyelidikan mereka. Menurut dia, lembaga itu "tidak tertarik meneliti kehidupan pribadi dari pilot".
Troadec menambahkan, dia tidak berpikir ada kaitan antara dugaan Dubois berduaan dengan Gaignard dengan jatuhnya pesawat itu.
Kotak hitam ditemukan dari reruntuhan dua tahun kemudian pada bulan April 2011. Di dalamnya terungkap Kapten Dubois meninggalkan kokpit untuk tidur siang dari penerbangan yang dijadwalkan memakan waktu empat jam itu. Pada saat ia meninggalkan kokpit itulah pesawat memasuki badai parah yang selalu dihindari penerbangan lain.
Setelah dalam badai, pitot tube pesawat--bagian penting dari peralatan yang memberi tahu pilot tentang kecepatan pesawat--rusak, kemungkinan karena kristal es terbentuk di atasnya, menurut pejabat BEA yang memeriksa reruntuhan. Konsekuensinya, sistem autopilot Airbus A 330 menggeser kontrol kembali ke pilot.
Menurut rekaman, Perwira Pertama Cedric Bonin, seorang pilot 32 tahun yang memiliki kurang dari 5.000 jam terbang, mengambil alih kemudi. Namun sejatinya ia tidak pernah dalam situasi ini sebelumnya di ketinggian. Bonin membuat kesalahan fatal dengan membuat hidung pesawat menghadap ke atas, menyebabkan pesawat dalam kondisi yang disebut deep stall. Dalam hitungan detik, pesawat itu jatuh dengan bagian ekor dan badan terlebih dulu.
"Tampaknya pilot tidak memahami situasi dan mereka tidak menyadari bahwa pesawat telah terhenti," kata Troadec.
Dalam rekaman ditunjukkan kopilot bertanya di mana kapten dan menyerukan bantuan beberapa kali sebelum Dubois kembali ke kokpit.
"Apa yang terjadi?" Dubois terdengar mengatakan pada rekaman kotak hitam.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi," salah satu kopilot menjawab.
"Saya memiliki masalah ... beberapa layar display mati," kata Dubois.
"Apakah kita akan turun sekarang?" tanya Bonin cemas, sesaat sebelum pesawat jatuh. Semua penumpang dan awak pesawat Air France berjumlah 228 tewas dalam musibah itu.
BEA akan merilis laporan akhir atas penyelidikan kecelakaan itu pada 5 Juli. Air France menolak permintaan ABC News untuk wawancara dan meminta untuk menunggu rilis resmi lembaga ini.
No comments:
Post a Comment