Syair-syair lagu Lady Gaga juga dicap menyebarkan paham vandalisme yang bisa berpengaruh buruk bagi para pemuda Indonesia.
Penolakan
konser Lady Gaga di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, 3 Juni
mendatang, juga datang dari kalangan politisi dan partai politik
(parpol). Entah angin apa yang memicu mereka angkat suara menolak
kehadiran diva pelantun lagu Bad Romance dan peraih 3 Piala Grammy pada
2011 itu.
Kabar miring beredar, penolakan itu dilatarbelakangi
tujuan merebut dukungan kelompok yang kontra dengan pelaksanaan konser
demi menggalang suara di Pemilu 2014, ataupun Pemilukada DKI Juli
mendatang. Benar-tidaknya tudingan itu memang masih harus dibuktikan.
Namun, faktanya politisi dan parpol itu mengedepankan alasan keamanan
dan banyaknya pengaruh buruk bagi budaya bangsa jika konser tetap
digelar.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) secara gamblang menolak
kehadiran Lady Gaga dengan alasan diva itu sering berpenampilan seronok
dan kerap menari erotis. "Ini jelas-jelas bertentangan dangan budaya
bangsa dan tidak bermoral. Dengan demikian tentunya hal ini bertentangan
dengan UU Pornografi," kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS
Indra, mendukung langkah polisi mencabut dan membatalkan izin konser
Lady Gaga, Selasa (15/5).
PKS menilai langkah Mabes Polri sudah
tepat dengan mendengarkan berbagai masukan dan keluhan dari sejumlah
elemen masyarakat yang menolak konser Lady Gaga. "Polri harus menegakkan
UU Pornografi dan melakukan upaya pencegahan tindak kekerasan atau
benturan di masyarakat. Merupakan tanggung jawab Kepolisian untuk
menjamin serta menjaga ketertiban," tandas dia.
Senada dengan PKS,
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga menolak konser dengan alasan
lirik-lirik lagu Lady Gaga bersifat antireligius. Syair-syair lagu Lady
Gaga juga dicap menyebarkan paham vandalisme yang bisa berpengaruh buruk
bagi para pemuda Indonesia. “Karena kami menilai syair lagu Lady Gaga
ini antireligiusitas, sementara dasar negara kita adalah religius,” kata
Sekjen PPP, Romahurmuzy.
Dukungan penolakan konser Lady Gaga tak
hanya datang dari kalangan parpol berbasis keagamaan, politisi Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang beridelologi nasionalis juga
ikut bersuara. Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufiq Kiemas secara
gamblang mendukung langkah kepolisian tidak mengeluarkan izin konser.
"Saya rasa polisi sudah pertimbangkan matang masalah itu," ujar Ketua
MPR itu, di gedung parlemen, Selasa (15/5).
Politikus senior PDIP
itu juga mengedepankan alasan keunikan kepribadian bangsa perlu
dipertahankan dalam membendung budaya luar yang tak positif masuk ke
Indonesia, seperti yang dibawa dalam pagelaran konser Lady Gaga. "Kita
kan juga punya kepribadian sendiri," tegas suami Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarnoputri itu.
Kader PDIP lainnya, Joko Widodo, yang
kini sedang mencalonkan diri untuk menjadi DKI 1, mengangkat alasan
warga Jakarta mempunyai budaya santun dan sangat menghormati tata krama
untuk membenarkan penolakan konser Lady Gaga. "Kalau tidak santun,
janganlah. Kita harus tetap pertahankan budaya santun kita. Jadi yang
santun-santun saja lah," ungkap dia, dalam kesempatan berbeda.
Pandangan
senada juga dilontarkan juru bicara tim sukses Hidayat Nur Wahid-Didik J
Rachbini, yang diusung PKS dalam Pemilukada DKI, Dedi Supriadi. Menurut
Dedi, segala sesuatu terkait konser Lady Gaga harus dikembalikan pada
aspek agama dan budaya yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari warga
Jakarta.
"Dalam hal ini, pelaksanaan konser musik apa pun harus
dilihat dari berbagai aspek. Yaitu aspek agama, budaya dan ketertiban
serta mengakomodir kepentingan seluruh warga Jakarta. Aspek-aspek itu
yang dapat menilai bisa diterima atau tidak, layak atau tidak konser itu
dilaksanakan," tandas Dedi.
Langkah politik menolak konser Lady
Gaga memang bisa menjadi salah satu strategi pencitraan yang efektif
untuk meraih hati pemilih dari golongan yang kontra. Tapi di sisi lain,
bisa juga menjadi strategi blunder. Tak bisa dipungkiri pemilih yang
merupakan fans Lady Gaga malah lari. Patut dicatat, fans tanah air yang
akan kecewa kalau konser pujaan mereka dibatalkan juga tidak bisa
dibilang sedikit jumlahnya.
No comments:
Post a Comment