Di
Teheran, Iran, seorang anak laki-laki berusia enam tahun sedang
menonton siaran televisi Kristen ilegal yang membahas mengenai Yesus
Kristus. Ketika mendengar para pengikut Yesus ini, is menghafal lagu
yang mereka nyanyikan, bernyanyi bersama-sama mereka, dan berdoa ketika
mereka berdoa. Suatu pagi saat sedang sarapan, sebelum pergi ke sekolah
ia berkata kepada ibunya, “saya ingin menceritakan kepada guru saya
tentang Yesus. Apa yang dapat saya lakukan?” Bersama-sama mereka
memikirkan sebuah rencana. Saat ibunya berjalan bersamanya menyusuri
jalan-jalan menuju ke sekolah, ibunya berdoa untuk keselamatan-nya, ia
bertanya-tanya, Apakah Allah sungguh menginginkan ketaatan penuh atau pengorbanan semacam ini dari keluarga saya?
Anak
laki-laki itu memasuki ruang kelas yang penuh semangat, ribut, dan
meletakkan tas ranselnya yang lebih berat dari biasanya di atas meja.
Semua anak duduk di kursi mereka dan pelajaran pagi itu pun dimulai.
Saat para murid sedang memperhatikan buku tulis mereka, anak laki-laki
ini dengan tenang berjalan mendekati meja sang guru dengan selembar
kertas pelajaran.
Ia berbisik kepada sang guru, “Apakah ibu mau tahu tentang Yesus?” Sang guru menganggukkan kepalanya bahwa ia ingin tahu.
“Baiklah,
inilah yang akan saya lakukan. Ketika nanti jam istirahat, saya akan
meletakkan tas ransel saya dekat pintu kelas, membuka resletingnya dan
membiarkannya terbuka. Setelah semua murid meninggalkan kelas, baru ibu
boleh menghampirinya dan mengambil Alkitab dan video dari tas ransel
saya.”
Kemudian
di pagi itu, semua anak berlarian keluar kelas untuk bermain. Tas
ransel itu sekarang sudah berada dekat pintu. Kemudian, ketika
sekelompok anak-anak yang manis berlari bahagia kembali masuk ke dalam
kelas, anak laki-laki ini mengambil tas ransel itu kembali ke mejanya.
Sekarang tas ransel tersebut tidak terlalu berat lagi.
Keesokan
harinya ia bertanya kepada sang guru, “Apakah ibu sudah membaca
Alkitabnya? Apakah ibu sudah menonton videonya? Bagaimana pendapat ibu
tentang Yesus?”
Sementara
itu di seberang kota, seorang kakek dengan kumisnya yang putih
berjalan-jalan di atas trotoar. Angin sore bertiup sepoi-sepoi, sehingga
banyak keluarga keluar berjalan-jalan atau hanya duduk di atas selimut
di pinggir sungai. Sang kakek itu berhenti dan melihat seorang bayi,
mengelus kepala, dan berjalan mengunjungi sebuah daerah persaudaraan
orang-orang Iran.
Setelah
berbicara beberapa saat dengan sebuah kelompok yang tertarik, ia
membagikan beberapa buku kecil, brosur, dan terkadang sebuah kitab
Perjanjian Baru kepada yang penasaran, yang mau menerima. Keesokan
harinya kakek ini keluar lagi, tetapi kali ini polisi berseragam ada di
sana. Mereka merampas literaturnya dan menjatuhkan kaca-mata bulat
peraknya dari wajahnya. Menggiringnya menuju ke mobilnya, mereka
menemukan satu kotak Alkitab Perjanjian Baru di kursi belakang mobilnya.
Yang membuat keadaannya lebih buruk, ia adalah Muslim yang telah
menjadi pengikut Kristus. Para petugas membawanya ke penjara. Beberapa
minggu kemudian, setelah keluarganya mengajukan banding dan sebuah
“hadiah” yang besar, sang hakim pun membebaskannya.
Beberapa
bulan berlalu. Di sisi lain di kota itu, seorang yang tidak asing lagi
berjalan pincang menyeberangi sebuah jembatan pejalan kaki yang lebar
dengan tenangnya. Ia lagi, dengan literatur dan brosur di dalam tasnya,
kata-kata penuh kasih, percakapan santai tentang kasih, Allah,
masalah-masalah, arti hidup.
Seorang
anak yang berusia enam tahun dan seorang kakek – para pengikut Yesus
Kristus di sebuah negara yang dicap sebagai pengekspor terorisme.
Keadaan apa yang telah menghasilkan orang Kristen berani ini? Bagaimana
ini mungkin bahwa mereka begitu berani atau bahwa mereka ini benar-benar
ada?
Di
Iran, kelompok etnis yang diijinkan untuk menjalankan Kekristenan,
seperti orang-orang Armenia, terdiri hanya kurang dari 10% populasi
Iran. Kebanyakan orang percaya memilih tidak membagi iman mereka karena
membahayakan. (Ada pahlawan-pahlawan Kristen di antara kelompok injili
Armenia. Selama 15 tahun terakhir, banyak yang dipenjarakan atau mati
martir). Walaupun penindasan yang luar biasa dan kurangnya orang-orang
percaya, kelaparan rohani yang hebat sedang berkobar di seluruh negeri.
Selama
perjalanan terakhir saya ke Iran, pemandu saya, orang Iran asli, tidak
tidur semalaman membaca kitab Perjanjian Baru yang saya berikan
kepadanya. Saat sarapan pagi, ia menanyakan berbagai pertanyaan dan
menyatakan beberapa komentar positif tentang Yesus Kristus. Ia masih
muda, sudah berkeluarga, juga seorang lulusan sastra Inggris. Ia membawa
saya ke rumahnya untuk minum teh dimana istrinya dan anak-anaknya yang
ramah, menyambut saya dengan penuh hormat dan keramah-tamahan.
Keluarga
ini mewakili orang Iran yang tidak dikenal, bukan seperti
gerombolan-gerombolan orang yang berteriak di jalan, bukan
barisan-barisan panjang para peratap yang berjalan sepanjang jalan,
tetapi sekelompok orang yang ramah, orang-orang luar biasa yang lapar
akan firman Allah. Iran adalah suatu bangsa dengan populasi salah satu
paling ramah dan berpendidikan di muka bumi ini, sebuah populasi yang
didominasi oleh orang-orang muda yang dewasa di bawah usia 30 tahun,
yang telah berkali-kali memilih orang muda, parlemen yang berpikiran
progresif yang terus menerus ditolak oleh jari yang menindas dari dewan
para ulama yang berkuasa. Yesus mengekspresikan pendapat-Nya mengenai
tirani keagamaan di dalam Matius 23.
Selama
30 tahun, kekuasaan Iran telah mengekspor teror dan melahirkan
pengikut-pengikut kebencian dan di alam nama allah di bangsa-bangsa. Dan
hal ini terus saja berlanjut hingga sekarang. Di pertengahan jalan
menuju kampanye Islamisasi yang keras, kebanyakan orang Iran yang tidak
keluar dari negara mereka kini telah menjadi lelah dengan kekejaman,
penindasan, kesetiaan tanpa kasih kepada allah yang dituntut oleh negara
Islam mereka. Kecuali saat pawai dan pengerahan massa, sebahagian besar
udara (rakyat) telah meninggalkan balon (slogan-slogan) yang dibawah
masuk oleh Ayatollah Khomeini di tahun 1979.
Selama
kunjungan saya ke Iran, kepada saya telah diberitahukan bahwa Dewan
Wali yang terdiri dari para ulama, demikian juga para tokoh politik
keagamaan lainnya yang memegang kekuasaan mutlak, mereka memiliki
tabungan sendiri di bank Dubai, dimana ada ratusan juta dollar di sana
tetapi tidak pernah dibagikan kepada rakyat Iran. Keserakahan mereka
tetap aman dibawah nama allah. Betapa tragisnya bahwa beribu-ribu rumah
berdinding lumpur dengan mudahnya runtuh dalam gempa bumi di Iran,
membunuh banyak orang miskin, sementara itu para pemimpin politik
keagamaan yang tidak dikenai pajak secara bersama-sama tumbuh jauh lebih
makmur daripada Shah (rejim demokrasi sebelum pemerintahan Republik
Islam) yang digulingkan.
Dapat
dimaklumi, banyak orang Iran yang putus asa menemukan kenyamanan dalam
heroin yang berjumlah sangat besar yang melintasi perbatasan-perbatasan
Iran. Januari tahun 2006, kantor-kantor berita melaporkan bahwa Iran
memiliki persentasi tertinggi di dunia akan orang-orang yang kecanduan
obat-obat terlarang, tanda dari orang-orang yang tak berpengharapan.
Di negara Barat, banyak kota yang
memiliki misi penyelamatan dimana orang-orang yang putus asa bisa
mendapatkan pertolongan dari tanda salib (gereja atau organisasi misi).
Di Iran, tanda salib yang melingkar di leher biasanya berarti si pemakai
adalah orang-orang Kristen Orthodoks. Orang-orang Muslim Iran hanya
tahu bahwa orang-orang Kristen Orthodoks tinggal di negara mereka
memiliki kebiasaan dan hak legal untuk menjual minuman alkohol tanpa
larangan, sedangkan orang Muslim tidak boleh. Banyak orang Muslim
menghargai bentuk “Kekristenan” ini sebagai pintu belakang mereka untuk
secara diam-diam membeli minuman keras.
Masih
di tengah-tengah kegelapan ini, sepercik harapan sedang tumbuh menjadi
kobaran api ketika orang-orang Iran mengalami kasih Allah. Di satu kota
saya memberi sebuah Perjanjian Baru yang dibungkus dengan kertas kado
kepada seorang manejer yang saya jumpai. Ia menyembunyikan di dalam
lacinya dan berlari ke seberang gedung untuk menceritakan dengan
semangat kepada lima orang perempuan lainnya. Sebagian dari perempuan
itu melambaikan beberapa carik kertas kepada saya. Saya mendekati, dan
salah satu dari mereka berkata kepada saya, “Mohon Pak, kami juga ingin
memiliki satu.” Saya memberikan kepada mereka lebih banyak kitab
Perjanjian baru yang diselipkan du antara halaman-halaman surat kabar
Iran. Mereka menyembunyikannya di balik jubah hitam mereka karena
orang-orang Iran tidak dapat terang-terangan membaca Firman Tuhan.
Bab berikutnya didalam Berserah Kepada Tuhan
adalah beberapa kumpulan kecil kesaksian yang mewakili pertumbuhan
terbesar dan tercepat dari pergerakan Muslim di dunia: Orang-orang
Muslim di Iran yang menjadi Kristen. Kebanyakan dari orang Kristen
berlatar belakang Muslim ini mengambil resiko segalanya untuk datang
kepada Kristus. Tidak peduli apa status mereka, negara Islam menentang
mereka.
Kolonel
Iran, Hamid Pourmand, dijatuhi hukuman selama tiga tahun di penjara
pada 17 Pebruari 2005, ketika diketahui bahwa ia adalah juga seorang
pendeta. Ia ditangkap saat menghadiri suatu konperensi gereja dalam
suatu penyergapan dimana ia dan lusinan pemimpin gereja lainnya
dijebloskan ke dalam penjara. Non-Muslim tidak diijinkan untuk memegang
posisi kemiliteran. Pourmand, yang berpindah keyakinan kepada Kristen
dari Islam, 25 tahun yang lalu, dijatuhi hukuman penipuan keyakinan di
dalam angkatan bersenjata Iran.
Pada
tahun 2006, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad dengan marahnya
menyatakan bahwa ada sekitar 500 hingga 6oo orang Kristen baru berlatar
belakang Muslim setiap bulannya di Iran, ia salah. Jumlah mereka lebih
banyak dari itu. Di buku ini hanyalah sebagian dari kisah mereka.
Nama-nama di dalam buku ini telah diganti untuk melindungi identitas
mereka. Dalam kesaksian mereka, yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris (dan banyak bahasa termasuk Indodesia – red), kami
tetap memakai beberapa ekspresi yang janggal dan tata bahasa yang tidak
semestinya untuk menggambarkan kesaksian mereka dengan lebih akurat.
Orang-orang percaya ini adalah petobat baru, jadi beberapa pernyataan
teologi mereka tidak sempurna secara doktrin di mata beberapa pembaca.
Tetapi mereka mempunyai Kitab Suci dan persekutuan dan keinginan kuat
untuk mengikut Kristus.
Ketika Anda membaca buku ini, sekiranya Anda dikuatkan oleh orang-orang percaya beriman ini dan tergerak berdoa bagi Iran.